Analisis Unsur Intrinsik
Apresiasi Prosa : Analisis Unsur Intrinsik Dalam Cerpen “Bangkit”
Karya Alfred Pandie
Nama : Nurina Masrurotun Naja
NIM : 1888201008
Prodi Pendidikan
Bahasa Indonesia
Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Sosiologi
Universitas
Nahdlatul Ulama Blitar
Ø PENDAHULUAN
Dalam analisis yang saya buat ini, saya mengambil kajian unsur
intrinsik pada cerpen yang berjudul “Bangkit” karya Alfred Pandie. Saya
mendapatkan cerpen ini dari blog cerpenmu.com. Saya membuat analisis ini untuk
memenuhi penilaian akhir semester pada mata kuliah apresiasi prosa.
Unsur intrinsik yang saya kaji :
1.
Tema,
tema ialah ide atau gagasan dasar yang
melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada dari cerpen.
2.
Tokoh dan penokohan, Tokoh merupakan pelaku atau
orang yang terlibat di dalam cerita tersebut. Sedangkan penokohan adalah
penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita.
3.
Alur
(plot), Alur adalah urutan jalan cerita dalam
cerpen yang disampaikan oleh penulis.
4.
Setting (Latar), Setting atau latar mengacu pada
waktu, suasana, dan tempat terjadinya cerita.
5.
Sudut Pandang, Sudut pandang merupakan strategi
yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk menyampaikan ceritanya.
6.
Gaya bahasa, merupakan ciri khas sang penulis dalam
menyampaikan tulisannya kepada publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan
pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpen.
7.
Amanat,
amanat adalah pesan moral atau pelajaran yang
dapat kita petik dari cerita pendek tersebut.
Ø PEMBAHASAN
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
BANGKIT
Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.
Pandanganku pada langit tua.
Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian malam.
Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
Hari ini benar-benar hari yang melelahkan?
Konflik dengan orang tua karena tidak lulus sekolah.
Hari ulang tahun yang gagal di rayakan?
Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di kubur dalam-dalam karena
tak lulus, belum lagi si adik yang menyebalkan?
Teman-teman yang konvoi merayakan kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas
Angin malam berhembus menebarkan senyumku walau sakit dalam hati
mulai mengiris. Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi.
Sakit memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata
terakhirnya yang tergiang-ngiang merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku,
jadi begini sajakah caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal
menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat masuk ke hpku, di ikuti
telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku
minta duitnya..” seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan
yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya
terdiam tak berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingku
dan menyerahkan padanya.
“ini ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!”
Aku melemparkan tas ke hadapannya yang di sambut dengan senyum
picik dan iapun menghilang di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap
air suangai yang mengalir airnya deras. Sini di atas jembatan tua ini.
Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap langit
yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku sekarang.
Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata
dan tinggal beberpa senti lagi aku akan terjatuh.
Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik
baju ku dan menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati
kelaparan dari pada melihat wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan
melemparkan tasku di atas tanah
Dan ia berlalu pergi.
Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri tangga turun.
Sosok yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran denganku, di
sekujur tubuhnya penuh tato dan tubuhnya kurus sekali. Ia berdiri termenung
pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan menghapus air matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya
terdiam membisu”.
Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri
pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..?
Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi.. Pria yang aku cintai bertahun-tahun
mencapakanku dengan tuduhan yang tak jelas, aku memulai pembicaraan”.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku.
“apa kamu akan terdiam atau aku telah mengusikmu?”.
Aku melihatnya dan ia balik menatapku tajam.
Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia bicara
“maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu terlalu
lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari kita
merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari mengulurkan tangannya yang ternyata
cuma 2 jari yang utuh,
Aku mulai merinding karena sedikit takut.
Sehingga aku tak membalas uluran tangannya.
“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena
persaingan. Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh
nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit,
Harus rela kedinginan,
Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan toko,
Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harus mencari
tempat lain yang menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas mu. Aku butuh
makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di tong sampah sudah membusuk
karena hujan kemarin,
Biasanya aku mencari secerca kenikmatan disana yang masih bisa
layak ku telan, rasa lapar tak akan bisa membuatmu jijik.
Setiap hari saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.”
Ia terdiam dan mengalihkan pandanganya luas menembus angkasa,
langit malam ini.
Aku hanya terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak
percaya setengah mati. Bagaimna mungkin seandainya sekarang aku berada di
posisis ini?
Aku yang terlahir dari keluar sederhana namun penuh kehangatan,
uang bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian, itu nafsu
sesaat,
Aku memang memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada
yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita mati. Terutama pentingnya
mensyukuri apa yang ada.
Aku menarik tangan dan menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal
dua jari meski sedikit risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit
pelukan hangat.
Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum.
Aku menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu
memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku
sekarang dan nanti, bukankah hidup harus tetap di jalani
Aku sadar masih punya segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta
semangatku hilang, belum tentu ia jodohku, belum tentu ia juga memikirkan hal
yang sama, rasa sakitku”.
Aku berlari menuruni tangga meninggalkan ia sendiri yang masih
terdiam menatap kembali langit yang menampakan bintang-bintang kecil yang
berkelip dengan jenaka, seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku
dengan bunga mawar banyak sekali di tangannya, sementara di belakangnya orang
tua dan adikku yang berdiri di samping mobil, kami saling terdiam untuk
beberapa saat ia memulai
“maafkan aku sayang, ternyata aku yang salah menilaimu, makasih
ya?, sudah membuat hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga
dengan sebuah diary usang punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi
disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa banggaku atas
kekasihku ini.
Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi tangis dan
canda menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku tersenyum senang.
Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang
yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti bersyukur
Kami menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun
sosok itu hilang tak berbekas?
Kami turun dan kami pergi ke mall bersama orang tua dan adik ku
untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi
bukan berarti kehangatan ini harus berakhir.
Analisis Unsur
Intrinsik Cerpen "Bangkit" Karya Alfred Pandie
1. Tema: Jangan
mudah putus asa / kehidupan
2. Latar: -Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini
begitu indahnya.
-Tempat : di pinggir jalan dan di
atas jembatan
Bukti
:..Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit. „Di
sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku‟.
-Suasana : Sunyi sepi
Bukti : „Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi
nan gelap.‟
3. Alur : Maju
-Karena jalan cerita
dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latardan masalah sampai ke
konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4. Penokohan :
1. Aku : mudah putus asa, kurang
bersyukur dan selalu mengeluh
Bukti
: „Kenapa kamu menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.‟
„Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya.‟
2. Pria pemabuk : pemabuk dan kuat
menghadapi beratnya hidup
Bukti : „seorang
pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan‟
„Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali
besar, bahkan
untuk tertidur saja
itu sulit.‟
5. Sudut pandang :
orang pertama sebagai pelaku utama.
-Bukti : Cerpen
bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan mengisahkan
tentang dirinya sendiri.
6. Nilai :
-Nilai Moral : Saat tokoh „aku‟ menyadari
selama ini
hanya meminta tanpa
pernahtahu bagaimana orang tuanya mendapatkannya.Kita seharusnya bersyukur
denganapa yang telah kita miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna diluar sana
masih banyak orang yang kekurangan.
-Nilai Perjuangan :
Pria pemabuk berjuang bertahan hidup di jalanan yang keras. Dikehidupan nyata
banyak orang yang melakukan apapun untuk berjung hidup. Kitaharus berjuang mempertahankan
hidup di dunia yang keras ini.
-Nilai Kepedulian :
Saat Pria pemabuk menyelamatkan tokoh „aku‟ yang akan terjun dari jembatan.
Banyak orang yang membutuhakan bantuan kita saat menghadapimasalah kita
seharusnya membantu mereka tidak membiarkannya.
7. Amanat : - Jangan
mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.
- Bersyukurlah atas
apa yang telah dimiliki.
- Hidup tidaklah
sempurna kadang manusia diatas dan kadang dibawah.
- Jangan lari dari
permasalahan.
- Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
- Masalah apapun
jangan berhenti untuk bangkit
DAFTAR RUJUKAN
http://cerpenmu.com/cerpen-kehidupan/bangkit.html
https://notepam.com/unsur-intrinsik-cerpen/
https:/www.zonareferensi.com/unsur-intrinsik-cerpen/
Komentar
Posting Komentar